Agam Tourism Object
(English is Below)
Koto Gadang
Sebuah nagari di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dikenal dengan keelokan panoramanya, nagari di puncak Ngarai Sianok dan diteduhi oleh eloknya Gunung Singgalang. Mungkin tidak ada desa seperti Koto Gadang ini yang menghasilkan begitu banyak intelektual bereputasi di Indonesia, diantaranya, Agoes Salim dan Sutan Syahrir (negarawan),Rohana Kudus (wartawati pertama Indonesia), Hamid Jabar (budayawan), Oesman Effendi (seniman lukis), serta sejumlah besar duta besar era orde lama dan awal orde baru. Peninggalan Agoes Salim dan Syahrir masih bisa di lihat di rumahnya di desa ini.
(This is a "Nagari" (village) in Kabupaten Agam with gorgeus view and landscape, located in the top of Sianok Valley and shadowed by the beauty Mount Singgalang. There may be no such village as Koto Gadang where many reputed and influenced Indonesian born here including Agoes Salim and Sutan Syahrir (Elder Statement), Rohana Kudus (first female journalist), Hamid Jabar (cultural observer), Oesman Effendi (paint as well as some ambassador in some political periods in Indonesia.)
Selain intelektualisme di atas desa ini juga dikenal sebagai penghasil kerajinan perak dan songket yang sangat terkenal. Menyinggahi desa ini akan memberikan suatu nuansa keeleganan dan keintelektualan orang Minangkabau.
(Beside seen intelectualism, the village is also wellknown as one important handycraft center of West Sumatra. Handmade Silver Work and Songket (woven) are two major products here. Visiting this village will give you an elegant nuance of Minangkabau.)
Danau Maninjau
Danau Maninjau adalah salah satu dari danau vulkanik yang sangat mengesankan di Indonesia, terletak kurang lebih 461 meter di atas permukaan laut dan berukuran kurang lebih 100 meter persegi dengan kedalaman maksimum sekitar 500 meter. Konon danau terbentuk berdasarkan legenda di ranah Minang mengenai "Bujang Sembilan", salah satu di antaranya meninggal dengan cara menceburkan diri ke dalam kawah. Kawah itu kemudian membesar dan di kemudian hari terbentuklah danau.
(One of interested vulcanic lake in Indonesia, is located 461 m above sea level and reach 500 m depth. The lake is legendly formed as fokltale "Bujang Sambilan", whom one of them suicidely died into a crater. The crater got bigger and bigger to form a lake.).
Biking dan trekking di kawasan ini sangat diminati wisatawan manca negara karena panorama alamnya yang sangat fenomenal.
(Biking and tracking the phenomenal view as well as enjoying the resident activities will be a forgetable journey.)
Aia Tigo Raso
Salah satu Objek Wisata unik yang masih termasuk kawasan Danau Maninjau adalah Aia Tigo Raso (Air Tiga Rasa) karena dalam satu kolam terdapat tiga rasa air yaitu manis, asam, pahit. Objek Wisata ini terletak di daerah Malintang ini, ajaibnya air ini diberi berkah oleh yang Maha Kuasa untuk dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit dan yang utama, air ini diyakini bisa membuat Anda awet muda”. Bila anda mempunyai keinginan untuk tetap awet muda, tidak ada salahnya untuk mencoba.
(An unique tourism object in Lake Maninjau area is "Aia Tigo Raso" (a flowing spring/water source) that has three, sweet, sour and bitter taste. The object exactly places on Malintang village. The water can magically heal various skin disease and believed as ageless solution. By the way, it is suggested to you to challenge this ageless invitation.)
Puncak Lawang, Embun Pagi & Embun Tanai
Puncak lawang berada ± 1.210 m diatas permukaan laut, pada zaman penjajahan Belanda tempat ini sudah dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi kaum bangsawan Belanda saat itu. Dari sini kita dapat menikmati panorama kawasan Danau Maninjau dan juga Samudera Indonesia. Sekarang kawasan ini menjadi tempt Take-off olahraga digantara Paralayang.
(Lawang is a plain hill’s top about + 1,210 m above sea level; in Dutch colonial periods, this place have been a resort for Dutch royal community. Here, we can enjoy Lake Maninjau and Indian Ocean View. Now, the area becomes take-off location to Paragliding.)
Bagi mereka yang menyukai tantangan dan lintas alam dapat berjalan kaki menuruni lereng menuju Danau Maninjau atau melintasi hutan lindung ke Objek Wisata Embun Pagi atau kembali ke hotel. Kurang rasanya jika tidak mencoba menikmati keindahan Danau Maninjau dari udara dengan Terbang Tandem mengunakan Paralayang bersama penerbang-penerbang lokal yang handal dan terlatih. Berminat?
For people who like challenging outdoor activity, it will be an amazing place to paraglide viewing Lake Maninjau and Hills forested area as well. You can enjoy this fantastic activity with local trained paraglider. Interested?
Objek Wisata Embun Pagi dan Embun Tanai terletak ± 27 Km dari Kota Bukittinggi atau ± 5 Km Matur, panorama Embun Pagi dan Embun Tanai ini terletak pada ketinggian ± 1.000 m di atas permukaan laut. Disini kita dapat menikmati panorama Maninjau sembari manyaksikan kemilau air danau yang diterpa cahaya mentari petang yang tengelam dibalik perbukitan.
Embun pagi and embun tanai is another hill’s top near Puncak Lawang, about + 27 Km from Bukittinggi. Running Sunset from shiny Like Maninjau to back off the hills are really wonderful God’s give to this place.
Gunung Merapi
Salah satu “Tri Arga” di ranah Minang nan sangat hijau, asri dan menyegarkan. Konon masyarakat Minangkabau berasal dari wilayah G.Merapi ini yang terletak di tenggara kota Padang dengan ketinggian 2891 meter di atas permukaan laut. Salah satu gunung paling aktif di pulau Sumatera ini dihiasi hutan lindung, ladang, sawah dan desa-desa yang sangat menawan. Para pendaki sangat meminati rumpun Edelweis yang sangat indah dipuncaknya dan penggemar trekking menyenangi perjalanan dengan pemandangan luar bias menunju puncaknya.
Mount Merapi is one of green, mistyque, and handsome "Tri Arga". Acording to legend, Minangkabau people firstly spread from the mountain slope the southern east of Padang. It has 2891 m height above sea level. One most active volcano in Sumatra is decorated with green protected forrest, fields and beautiful villages. Mount climbers’ looks for the famous edelweiss here while the tracker loves to enjoy the fantastic route to its top.
Gunung Singgalang
Belahan lain “Tri Arga” berketinggian 2877 meter di atas permukaan laut. Gunung tidak aktif dengan hutan tropis yang lembab dan dipuncaknya terdapat “Telaga Dewi” yang sangat mistis dan merupakan bekas kawah. Di lereng gunung yang terletak di hadapan gunung Merapi ini terdapat desa industri tenun terkenal, Pandai Sikek. Sawah dan ladang tebu tertata alami di pinggangnya. Beberapa desa di Gunung Singgalang memproduksi gula dari tebu dengan pengolahan tradisional, yang menggunakan kerbau untuk memeras tebu.
It is a beautiful "Tri Arga"on 2877 m above sea levels. This inactive and surrounded by humid tropical forest volcano has a misty pond named “Telaga Dewi” on the top. In the slope of the mountain that face to face to Mount Merapi, rice and cane fields are attractively organized. Some villages still product sugar in traditional process which using buffalo to press the cane. A famous woven industry village, Pandai Sikek is also in the mountain slope.
Nagari Palupuah
Tahun 1930 seorang ahli biologi dari Belanda menemukan suatu habitat bunga raksasa yang dipatenkan atas namanya, Arnoldi dan kemudian hari bunga raksasa itu lebih dikenal dengan nama Raflesia Arnoldi. Salah satu habitat bunga tersebut ada di sebuah Jorong yang bernama Batang Palupuah di Nagari Koto Rantang Kecamatan Palupuah.
(On 1930, a Dutch biologist found a giant flower habitat patented by his name, Arnoldi, and later it become popular as Raflesia Arnoldi. One habitat of this flower is at Batang Palupuah, a village in Agam Regency, West Sumatra.)
Menurut perjalanan sang pakar biologi tersebut menemukan bunga itu di Palupuh dan Bengkulu. Sejak itu pulalah sekitar 3,4 Ha hutan di Batang Palupuh Agam itu dijadikan Hutan Cagar Alam sesuai keputusan pemerintah Belanda No.3 STBL. No.402 tanggal 14/11/1930. Bunga ini hanya akan muncul pada bulan November saja.
(Based on his journey, the biologist found the flower habitat on Palupuah and Bengkulu. Since the finding, Dutch colonial established about 3.4 acres area in Batang Palupuah to be a protected forrest as Colonial Government Letter No. 3 STBL No. 402, 14th November 1930. This flower only bloom on November.)
Ikan Sakti Sungai Janiah
Objek wisata ini terletak di Desa Sei. Janiah Kecamatan Baso ± 13 Km ke Timur Kota Bukittinggi. Tempat ini terkenal dengan legenda ikan saktinya. Menurut kepercayaan penduduk sekitarnya ikan-ikan tersebut tidak boleh ditangkap apalagi dimakan, karena mereka mempercayai bahwa ikan tersebut berasal dari sepasang anak manusia yang jatuh kedalam kolam.
It is a place, pool of fish, known by legend supernatural and sacred fish. It is located in Sungai Janiah village about + 13 km eatern Bukittinggi. Local people believe that the fish can’t be eaten as the fish actually a manifestation of a pair of kids sinked into the pool.
(English is Below)
Koto Gadang
Sebuah nagari di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dikenal dengan keelokan panoramanya, nagari di puncak Ngarai Sianok dan diteduhi oleh eloknya Gunung Singgalang. Mungkin tidak ada desa seperti Koto Gadang ini yang menghasilkan begitu banyak intelektual bereputasi di Indonesia, diantaranya, Agoes Salim dan Sutan Syahrir (negarawan),Rohana Kudus (wartawati pertama Indonesia), Hamid Jabar (budayawan), Oesman Effendi (seniman lukis), serta sejumlah besar duta besar era orde lama dan awal orde baru. Peninggalan Agoes Salim dan Syahrir masih bisa di lihat di rumahnya di desa ini.
(This is a "Nagari" (village) in Kabupaten Agam with gorgeus view and landscape, located in the top of Sianok Valley and shadowed by the beauty Mount Singgalang. There may be no such village as Koto Gadang where many reputed and influenced Indonesian born here including Agoes Salim and Sutan Syahrir (Elder Statement), Rohana Kudus (first female journalist), Hamid Jabar (cultural observer), Oesman Effendi (paint as well as some ambassador in some political periods in Indonesia.)
Selain intelektualisme di atas desa ini juga dikenal sebagai penghasil kerajinan perak dan songket yang sangat terkenal. Menyinggahi desa ini akan memberikan suatu nuansa keeleganan dan keintelektualan orang Minangkabau.
(Beside seen intelectualism, the village is also wellknown as one important handycraft center of West Sumatra. Handmade Silver Work and Songket (woven) are two major products here. Visiting this village will give you an elegant nuance of Minangkabau.)
Danau Maninjau
Danau Maninjau adalah salah satu dari danau vulkanik yang sangat mengesankan di Indonesia, terletak kurang lebih 461 meter di atas permukaan laut dan berukuran kurang lebih 100 meter persegi dengan kedalaman maksimum sekitar 500 meter. Konon danau terbentuk berdasarkan legenda di ranah Minang mengenai "Bujang Sembilan", salah satu di antaranya meninggal dengan cara menceburkan diri ke dalam kawah. Kawah itu kemudian membesar dan di kemudian hari terbentuklah danau.
(One of interested vulcanic lake in Indonesia, is located 461 m above sea level and reach 500 m depth. The lake is legendly formed as fokltale "Bujang Sambilan", whom one of them suicidely died into a crater. The crater got bigger and bigger to form a lake.).
Biking dan trekking di kawasan ini sangat diminati wisatawan manca negara karena panorama alamnya yang sangat fenomenal.
(Biking and tracking the phenomenal view as well as enjoying the resident activities will be a forgetable journey.)
Aia Tigo Raso
Salah satu Objek Wisata unik yang masih termasuk kawasan Danau Maninjau adalah Aia Tigo Raso (Air Tiga Rasa) karena dalam satu kolam terdapat tiga rasa air yaitu manis, asam, pahit. Objek Wisata ini terletak di daerah Malintang ini, ajaibnya air ini diberi berkah oleh yang Maha Kuasa untuk dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit dan yang utama, air ini diyakini bisa membuat Anda awet muda”. Bila anda mempunyai keinginan untuk tetap awet muda, tidak ada salahnya untuk mencoba.
(An unique tourism object in Lake Maninjau area is "Aia Tigo Raso" (a flowing spring/water source) that has three, sweet, sour and bitter taste. The object exactly places on Malintang village. The water can magically heal various skin disease and believed as ageless solution. By the way, it is suggested to you to challenge this ageless invitation.)
Puncak Lawang, Embun Pagi & Embun Tanai
Puncak lawang berada ± 1.210 m diatas permukaan laut, pada zaman penjajahan Belanda tempat ini sudah dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi kaum bangsawan Belanda saat itu. Dari sini kita dapat menikmati panorama kawasan Danau Maninjau dan juga Samudera Indonesia. Sekarang kawasan ini menjadi tempt Take-off olahraga digantara Paralayang.
(Lawang is a plain hill’s top about + 1,210 m above sea level; in Dutch colonial periods, this place have been a resort for Dutch royal community. Here, we can enjoy Lake Maninjau and Indian Ocean View. Now, the area becomes take-off location to Paragliding.)
Bagi mereka yang menyukai tantangan dan lintas alam dapat berjalan kaki menuruni lereng menuju Danau Maninjau atau melintasi hutan lindung ke Objek Wisata Embun Pagi atau kembali ke hotel. Kurang rasanya jika tidak mencoba menikmati keindahan Danau Maninjau dari udara dengan Terbang Tandem mengunakan Paralayang bersama penerbang-penerbang lokal yang handal dan terlatih. Berminat?
For people who like challenging outdoor activity, it will be an amazing place to paraglide viewing Lake Maninjau and Hills forested area as well. You can enjoy this fantastic activity with local trained paraglider. Interested?
Objek Wisata Embun Pagi dan Embun Tanai terletak ± 27 Km dari Kota Bukittinggi atau ± 5 Km Matur, panorama Embun Pagi dan Embun Tanai ini terletak pada ketinggian ± 1.000 m di atas permukaan laut. Disini kita dapat menikmati panorama Maninjau sembari manyaksikan kemilau air danau yang diterpa cahaya mentari petang yang tengelam dibalik perbukitan.
Embun pagi and embun tanai is another hill’s top near Puncak Lawang, about + 27 Km from Bukittinggi. Running Sunset from shiny Like Maninjau to back off the hills are really wonderful God’s give to this place.
Gunung Merapi
Salah satu “Tri Arga” di ranah Minang nan sangat hijau, asri dan menyegarkan. Konon masyarakat Minangkabau berasal dari wilayah G.Merapi ini yang terletak di tenggara kota Padang dengan ketinggian 2891 meter di atas permukaan laut. Salah satu gunung paling aktif di pulau Sumatera ini dihiasi hutan lindung, ladang, sawah dan desa-desa yang sangat menawan. Para pendaki sangat meminati rumpun Edelweis yang sangat indah dipuncaknya dan penggemar trekking menyenangi perjalanan dengan pemandangan luar bias menunju puncaknya.
Mount Merapi is one of green, mistyque, and handsome "Tri Arga". Acording to legend, Minangkabau people firstly spread from the mountain slope the southern east of Padang. It has 2891 m height above sea level. One most active volcano in Sumatra is decorated with green protected forrest, fields and beautiful villages. Mount climbers’ looks for the famous edelweiss here while the tracker loves to enjoy the fantastic route to its top.
Gunung Singgalang
Belahan lain “Tri Arga” berketinggian 2877 meter di atas permukaan laut. Gunung tidak aktif dengan hutan tropis yang lembab dan dipuncaknya terdapat “Telaga Dewi” yang sangat mistis dan merupakan bekas kawah. Di lereng gunung yang terletak di hadapan gunung Merapi ini terdapat desa industri tenun terkenal, Pandai Sikek. Sawah dan ladang tebu tertata alami di pinggangnya. Beberapa desa di Gunung Singgalang memproduksi gula dari tebu dengan pengolahan tradisional, yang menggunakan kerbau untuk memeras tebu.
It is a beautiful "Tri Arga"on 2877 m above sea levels. This inactive and surrounded by humid tropical forest volcano has a misty pond named “Telaga Dewi” on the top. In the slope of the mountain that face to face to Mount Merapi, rice and cane fields are attractively organized. Some villages still product sugar in traditional process which using buffalo to press the cane. A famous woven industry village, Pandai Sikek is also in the mountain slope.
Nagari Palupuah
Tahun 1930 seorang ahli biologi dari Belanda menemukan suatu habitat bunga raksasa yang dipatenkan atas namanya, Arnoldi dan kemudian hari bunga raksasa itu lebih dikenal dengan nama Raflesia Arnoldi. Salah satu habitat bunga tersebut ada di sebuah Jorong yang bernama Batang Palupuah di Nagari Koto Rantang Kecamatan Palupuah.
(On 1930, a Dutch biologist found a giant flower habitat patented by his name, Arnoldi, and later it become popular as Raflesia Arnoldi. One habitat of this flower is at Batang Palupuah, a village in Agam Regency, West Sumatra.)
Menurut perjalanan sang pakar biologi tersebut menemukan bunga itu di Palupuh dan Bengkulu. Sejak itu pulalah sekitar 3,4 Ha hutan di Batang Palupuh Agam itu dijadikan Hutan Cagar Alam sesuai keputusan pemerintah Belanda No.3 STBL. No.402 tanggal 14/11/1930. Bunga ini hanya akan muncul pada bulan November saja.
(Based on his journey, the biologist found the flower habitat on Palupuah and Bengkulu. Since the finding, Dutch colonial established about 3.4 acres area in Batang Palupuah to be a protected forrest as Colonial Government Letter No. 3 STBL No. 402, 14th November 1930. This flower only bloom on November.)
Ikan Sakti Sungai Janiah
Objek wisata ini terletak di Desa Sei. Janiah Kecamatan Baso ± 13 Km ke Timur Kota Bukittinggi. Tempat ini terkenal dengan legenda ikan saktinya. Menurut kepercayaan penduduk sekitarnya ikan-ikan tersebut tidak boleh ditangkap apalagi dimakan, karena mereka mempercayai bahwa ikan tersebut berasal dari sepasang anak manusia yang jatuh kedalam kolam.
It is a place, pool of fish, known by legend supernatural and sacred fish. It is located in Sungai Janiah village about + 13 km eatern Bukittinggi. Local people believe that the fish can’t be eaten as the fish actually a manifestation of a pair of kids sinked into the pool.
0 Comments:
Post a Comment
Silakan isi komentar anda di bawah ini